RENCANA PENERIMAAN PEGAWAI NEGERI TENAGA PENDIDIK CPNS 2013

Rencana Penerimaan Pegawai Negeri Tenaga Pendidik CPNS/CASN 2013 – 2014

Ultimate Windows 8 Starter Guide

The year is drawing to a close, so there's a very good chance that you now find yourself staring straight down the gaping maw of Windows 8.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 30 Desember 2012

Pendiri Windows Orang Terkaya Di Dunia


Beliau lahir di Washington pada 28 oktober 1955, dengan mana William Gates III dari ayah William H Gates dan ibu Marry Maxwell Gates.  Bill Gates mempunyai kakak bernama Kristi dan adik bernama LIbby,  Beliau (Bill Gates) merupakan seorang tokoh bisnis, investor, filantropis, penulis asal Amerika dan mantan CEO yang Ia jabati sebagai ketua, disebuah perusahaan perangkat lunak (software) yang dirikannya bersama Paul Allen, kekayaan Bill Gates mencapai US$ 59 milliar. Pada 1 Januari 1994 ia menikahi seorang gadis bernama Melinda French dan karuniai 3 orang anak Jennifer Katharine Gates (lahir 1996), Rory John Gates (lahir 1999), dan Phoebe Adele Gates (lahir 2002). Pada November 1975 ia bergabung dengan Paul Alen dan berdirikan perusahaan dengan nama Micro-Soft di Albuquerque, kemudian pada 1 januari 1979 kantor perusahaan pindah tempat ke Bellevue, Washington. Pada 1980, IBM dan Microsoft melakukan kerja sama, dan pada 20 november 1985, Microsoft mengeluarkan produk pertamanya Microsoft Windows. Namun pada 16 mei 1991 Bill Gates menyatakan berakhirnya kerja sama dengan IBM, dan kemudian beralih mengembangkan Kernel Windows NT. Beliau lalu mengundurkan diri dari perusahaan besar Microsoftnya pada Januari 2000, dan masih menjabat sebagai ketua dan membentuk jabatan kelapa arsitek perangkat lunak. Tapi pada 2006 lalu dia mengumumkan   bahwa ia akan tetap bekerja paruh waktu di Microsoft dan purna waktu di Bill & Melinda Gates Foundation.
Bentuk-bentuk investasi Bill Gates
Cascade Investments LLC, perusahaan investasi dan holding swasta Amerika Serikat yang diawasi oleh Bill Gates dan berkantor pusat di kota Kirkland, Washington.
bgC3, perusahaan wadah pemikir baru yang didirikan oleh Bill Gates.
Corbis, perusahaan jasa pemberi lisensi dan hak cipta gambar digital.
TerraPower, perusahaan desain reaktor nuklir.
Windows merupakan system operasi terpopuler saat ini,  sistem operasi ini dikembangkan oleh Microsoft, dengan menggunakan antarmuka pengguna grafis. Windows telah merilis beberapa versi
Beriktu versi-versi windows yang sudah dirilis
16-bit, berjalan di atas MS-DOS

o   1985 November - Windows 1.0
o   1987 9 Desember - Windows 2.0
o   1990 22 Mei - Windows 3.0
o   1992 Agustus - Windows 3.1
o   1992 Oktober - Windows for Workgroups 3.1
o   1993 November - Windows for Workgroups 3.11
Hibrida (16-bit/32-bit)
o   1995 24 Agustus - Windows 95 (Versi: 4.00.950)
o   1998 25 Juni - Windows 98 (Versi: 4.1.1998)
o   1999 5 Mei - Windows 98 Second Edition (Versi: 4.1.2222)
o   2000 19 Juni - Windows Millennium Edition (Me) (Versi: 4.9.3000)
Berbasis kernel Windows NT
o   1993 Agustus - Windows NT 3.1
o   1994 September - Windows NT 3.5
o   1995 Juni - Windows NT 3.51
o   1996 29 Juli - Windows NT 4.0
o   2000 17 Februari - Windows 2000 (Versi: NT 5.0.2195)
o   2001 - Windows XP (Versi: NT 5.1.2600)
o   2003 - Windows Server 2003 (Versi: NT 5.2.3790)
o   2006 - Windows Vista (Versi 6.0 Build 6000)
o   2007 - Windows Home Server (Versi 6.0.1800.24)
o   2008 - Windows Server 2008 (Versi 6.1)
o   2009 - Windows 7 (Versi 6.1 Build 7600)
o   2009 - Windows Server 2008 R2 (Versi 6.1)
o   2011 - 2012 - Windows 8 (dalam perencanaan)

Pendiri Linux


Linus Benedict Torvalds (lahir di Helsinki, Finlandia, 28 Desember 1969; umur 39 tahun) adalah rekayasawan perangkat lunak Finlandia yang dikenal sebagai perintis pengembangan Kernel Linux. Ia sekarang bertindak sebagai koordinator proyek tersebut.

Linux terinsipirasi oleh Minix (suatu sistem operasi yang dikembangkan oleh Andrew S. Tanenbaum) untuk mengembangkan suatu sistem operasi mirip-Unix (Unix-like) yang dapat dijalankan pada suatu PC. Linux sekarang dapat dijalankan pada berbagai arsitektur lain.

Ketika Linus Torvalds, seorang mahasiswa Finlandia pendiam membagi-bagikan kode sumber (source code) kernel Linux seukuran disket via internet di tahun 1991, ia sama sekali tidak menduga bahwa apa yang dimulainya melahirkan sebuah bisnis bernilai milyaran dolar di kemudian hari.

Ia bahkan tidak menduga Linux kemudian menjadi sistem operasi paling menjanjikan, yang bisa dibenamkan ke dalam server, komputer desktop, tablet PC, PDA, handphone, GPS, robot, mobil hingga pesawat ulang alik buatan NASA.

Tidak hanya itu, banyak maniak Linux (Linuxer) yang membeli perangkat buatan Apple dan mengganti sistem operasinya dengan Linux. Bagi saya itu sedikit gila, mengingat menghapus sistem operasi Mac & iPod berarti membuang duit dan menggantinya sistem operasinya cukup sulit dibanding desktop berbasis Windows. Saat ini 20% pangsa pasar desktop di seluruh dunia menggunakan Linux jauh di atas Machintosh dan terus mengejar desktop Windows. Dan 12,7% server di seluruh dunia menggunakan Linux, jauh di atas UNIX, BSD, Solaris, dan terus meningkat menggerus pangsa pasar server Microsoft.

Saat ini Linus meninggalkan posisi menjanjikan di perusahaan semi konduktor Transmeta dan tinggal bersama istri dan 3 anaknya di sebuah bukit di desa di Portland, Oregon, USA, berdekatan dengan markas Open Source Development Labs. Organisasi nirlaba ini diawaki oleh 20-an programmer yang punya gairah hampir sama dengan Linus. Mereka terus mengembangkan kernel Linux yang kini berukuran 290-an MegaBytes atau melebihi 9 milyar baris kode. Linux beserta timnya menerima masukan baris-baris kode dari seluruh penjuru dunia, menyortir, menetapkan skala prioritas dan memasukkan gagasan paling brilian ke dalam kernel. LSD sendiri disokong oleh puluhan raksasa IT seperti IBM, HP, Dell dan Sun, baik dari sisi materi maupun sumber daya manusia.

Linus bukan orang pertama yang membagi-bagikan source code karena pola ini adalah hal yang biasa di masa awal tumbuhnya industri komputer. Tapi Linus sukses menetapkan standar yang memaksa banyak pengembang ikut membebaskan kode sumber program mereka, mulai dari BSD, Solaris, Suse, Java hingga Adobe.

Meski hanya bergaji ratusan ribu dolar pertahun, Linus telah menciptakan banyak multimilyuner dalam industri komputer mulai dari RedHat, Suse, Debian, Mandriva, Ubuntu dan banyak developer software open source lainnya. Hampir tak ada yang berubah dari Linus. Ketika ia datang terlambat di suatu konferensi IT, ia bahkan tak segan-segan duduk di lantai dengan celana pendek dan sepatu-sandal kesukaannya. Ia bahkan tidak marah tatkala memberikan pidato di mimbar dan diinterupsi oleh beberapa programmer BSD yang maju ke depan panggung yang mengklaim bahwa kernel BSD jauh lebih hebat ketimbang kernel Linux. Ia bahkan tidak segan-segan memakai T-Shirt BSD yang disodorkan pemrotes dan melanjutkan pidatonya.

Menurut Linus, apa yang dilakukannya hanyalah untuk berbagi. Berbeda dengan Richard M Stallman yang fanatik dengan konsep free software, Linus hanya menekankan sisi keterbukaan (open), tak peduli apakah kemudian dalam suatu sistem operasi bercampur program free dan proprietery.

Setiap kata-kata Linus hampir menjadi sabda di kalangan Linuxer yang menciptakan standar nilai tertentu. Setiap publikasi, pidato, email dab press releasenya selalu ditunggu-tunggu jutaan orang. Di sela kesibukannya, Linus menyempatkan diri bersepeda menuruni bukit dan minum di bar desa. Bila ada nabi dalam dunia komputer, bisa dipastikan itu Linus (dan Steve Wozniak). Dan setannya tentu Bill Gates :)

Pendiri Apple Mac OS


Ia dibesarkan orangtua angkat. Masa kecilnya tidak bahagia dan ia sempat malas sekolah. Meski begitu, Steve Jobs berhasil mengatasi segala hambatan dan tantangan yang menghampirinya. Kini ia menjadi salah satu orang tersukses di industri TI dan perfilman sekaligus.
Steven Paul Jobs, atau yang lebih dikenal dengan nama Steve Jobs lahir 24 Februari 1955 di San Francisco, California. Namanya populer sebagai pendiri Apple Inc., perusahaan yang memproduksi Macintosh dan iPod. Walau begitu, perjalanan hidup dan karirnya tidaklah mulus. Di Apple ia pernah disingkirkan meski akhirnya ia kembali dan justru malah menyelamatkan perusahaan tersebut.
Steve Jobs dibesarkan oleh orang tua angkat yakni Justin dan Clara Jobs. Ketika kecil, ia mereasa sekolah merupakan kewajiban yang sangat membosankan. Untung di kelas empat Crittenden Middle School, gurunya, Imogene Hill, berhasil mengubah pandangan Steve. Ia membantu Steve dan membuatnya tertarik untuk serius belajar.
Setelah itu, kemampuan belajar Steve melesat. Bahkan sekolah memperbolehkannya meloncati kelas lima dan langsung masuk ke sekolah menengah.
Meski begitu, Crittenden Middle School bukan merupakan sekolah yang nyaman untuk Steve muda. Ia bersikeras kepada orangtuanya untuk memindahkannya ke sekolah lain. Kalau tidak, Steve mengancam untuk berhenti sekolah sama sekali.
Akhirnya luluhlah hati kedua orangtua angkat Steve. Mereka setuju. Tahun 1967, ketika Steve berumur 11 tahun ia masuk ke Cupertino Junior High School di Los Altos.
Kepindahan keluarga Steve Jobs ke Los Altos merupakan awal dari terjunnya Steve ke dunia elektronik. Di kota ini banyak engineer dan perusahaan-perusahaan elektronik yang baru berkembang.
Hal tersebut kemudian menyeret Steve Jobs untuk bersinggungan dengan elektronika. Sebentar saja, elektronika sudah menjadi hobi utamanya. Apalagi setelah ia masuk ke Homestead High tahun berikutnya.
Di Homestead High-lah pertamakali Steve secara resmi belajar elektronika. Di situ juga ia bertemu dengan Bill Fernandez, sesama penggemar elektronik. Bill kemudian memperkenalkan Steve kepada Woz, rekannya yang sangat jenius elektronika.
Woz yang usianya 5 tahun lebih tua dari Steve Jobs ini tidak lain adalah Steve Wozniak. Asal tahu saja, orang inilah yang memiliki peran penting dalam perjalanan karir Steve Jobs nantinya.
Di tahun 1972, Steve lulus dari SMA. Kedua orangtuanya bertanya pada Steve ke mana ia akan kuliah. Dengan hati mantap, Steve memilih Reed College di Portland, Oregon. Seketika itu, Justin dan Clara Jobs terhenyak. Mereka tahu sekolah tersebut adalah sekolah yang bagus. Tetapi Reed College jauh dari rumah dan salah satu sekolah termahal di seantero negeri.
Berhubung tidak mau sekolah di tempat lain, akhirnya kedua orangtua Steve mengizinkannya kuliah di situ. Meski itu berarti mereka harus menghabiskan seluruh tabungan untuk biaya kuliah.
Namun Steve hanya betah satu semester saja kuliah di sana. Alih-alih serius memperdalam fisika dan sastra Inggris yang merupakan jurusan yang ia pilih, ia malah mempelajari mistik dan kebudayaan Timur. Saat itu juga ia memutuskan untuk berhenti kuliah.
Tetapi Steve berbeda dengan anak lainnya yang berhenti kuliah karena tidak serius belajar. Ia tidak mau mengecewakan kedua orangtua angkatnya. Biarpun berhenti, Steve tidak meninggalkan Reed College. Ia tetap masuk ke kelas-kelas yang menurutnya menarik. Contohnya kelas kaligrafi.
Saat itu ia tidak punya uang. Untuk bisa tetap hidup, ia harus mencari pekerjaan. Pada tahun 1974, Steve mendapatkan pekerjaan pertamanya di Atari. Di sana ia hanya diperbolehkan bekerja di shift malam karena badannya bau dan penampilannya tidak terurus.
Steve tidak putus asa. Ia tetap bekerja keras dan menabung untuk mewujudkan cita-citanya. Pergi ke India untuk mencari pencerahan jiwa.
Suatu ketika ia bertemu dengan atasannya Al Alcorn. Steve meminta uang untuk melakukan perjalanan spiritual ke India. Atasannya menyetujui dengan syarat ia harus melakukan sebuah pekerjaan di Jerman. Steve setuju.
Selesai urusan di Jerman, bersama Dan Kottke, sahabatnya sejak di Reed College, Steve berangkat ke India. Tepatnya pada musim panas 1974. Sayangnya, dalam perjalananannya selama sebulan mencari pencerahan jiwa, ia kembali dengan perasaan kecewa. Pulang dari India, Steve kembali bekerja untuk Atari.
Pada saat bersamaan, Steve mendapati bahwa Woz telah berhasil mendesain sebuah komputer yang sangat ringkas. Steve melihat bahwa produk yang dibuat rekannya ini sangat berpotensi untuk dijual.
Dengan tekad bulat, pada 1 April 1976, Steve dan Woz mendirikan Apple Computer. Produk pertamanya Apple 1, buatan Steve Wozniak itu. Nama Apple sendiri digunakan karena Steve sangat doyan dengan buah tersebut.
Setahun berikutnya, Apple II diluncurkan dan sukses besar. Apple-pun menjadi perusahaan terpenting di dunia komputer saat itu. Berikutnya, dengan penuh semangat, Steve merancang proyek Lisa. Lisa adalah komputer yang memiliki graphical user interface (GUI), folder, fitur point and click, dan cut and paste. Lisa juga merupakan komputer pertama dengan mouse yang harganya terjangkau.
Tetapi karena perseteruan Steve dangan President Apple yakni Mike Scott, Steve dikeluarkan dari project Lisa dan ditunjuk menjadi Chairman of the Board. Dengan posisi ini Steve berhasil mengharumkan nama Apple di media nasional sesaat sebelum Apple go public pada 12 Desember 1980. Dan ketika Apple go public, saham Steve yang semula bernilai 7,5 juta dolar AS meningkat menjadi 217,5 juta dolar AS. Sontak Steve pun menjadi pemuda kaya raya.
Akan tetapi, ini bukanlah yang diinginkan. Steve ingin selalu terlibat langsung di setiap produk yang dikembangkan Apple. Ia kemudian membentuk tim R&D dan membangun komputer yang disebut Macintosh.
Awalnya, proyek yang dipelopori oleh Jef Raskin tersebut dimaksudkan untuk membuat komputer seharga 300 dolar yang mudah digunakan. Meski menyukai idenya, namun Steve bersikeras untuk membuat Macintosh menjadi versi ekonomis dari Lisa, termasuk seluruh fitur grafis terobosannya.
Ketika IBM meluncurkan PC pada tahun 1981, Apple mulai mendapatkan pesaing ketat. Meski saat itu PC IBM jauh tertinggal dibanding Apple II, namun demikian tetap saja mampu menggerogoti pasar Apple II. Apple lalu merespons dengan meluncurkan produk Apple III dan Lisa, tetapi keduanya gagal. Meskipun Lisa memiliki fasiltas GUI yang revolusioner, namun harganya yang 10 ribu dolar AS terlalu mahal.
Peluncuran Macintosh pada 24 Januari 1984 juga tidak banyak membantu Apple. Produk tersebut hanya diminati oleh kalangan kampus di Amerika Serikat. Ini membuat Steve dicopot dari seluruh posisinya di divisi Mac dan Lisa. Tidak betah dikucilkan dan diberi posisi yang tidak berhubungan dengan desain produk, Steve memilih mengundurkan diri dari Apple.
Menyadari potensi Macintosh yang cukup baik di kalangan kampus, ia membujuk lima orang rekannya untuk keluar dari Apple. Mereka mendirikan NeXT Computer Inc. Pada 12 Oktober 1988, produk pertama mereka yakni NeXT Cube diluncurkan. Sejumlah teknologi inovatif seperti magneto optical drive dan digital signal processor, dan port ethernet (untuk terhubung ke jaringan) sudah disediakan. Tetapi harganya sangat tinggi, yakni di atas 6000 dolar AS. Di atas kemampuan konsumen kampus yang hanya memiliki budget untuk komputer seharga 3000 dolar saja.
Penjualan NeXT Cube sangat lamban. Steve kemudian memperluas targetnya ke luar segmen pendidikan. Ia lalu meluncurkan NeXT Station pada tahun 1990. NeXT Station merupakan perbaikan yang signfikan dibanding Cube, tetapi karena harganya juga yang masih cukup mahal, 5000 dolar AS, produk inipun kurang diterima pasar. Setelah terus merugi, akhirnya NeXT meninggalkan divisi hardwarenya dan berkonsentrasi ke NeXTSTEP, sistem operasi yang berjalan di NeXT.

Sepuluh fakta tentang Steve Jobs
1. Nama lengkapnya adalah Steven Paul Jobs
2. Ia lahir di San Francisco, 24 Februari 1955
3. Steve Jobs dibesarkan oleh orangtua angkat
4. Bill Fernadez yang memperkenalkan Steve Jobs dengan Steve Wozniak
5. Atari adalah perusahaan di mana pertama kali Steve Jobs bekerja
6. Steve Jobs melakukan perjalanan spiritual ke India bersama rekannya Dan Kottke atas biaya Al Alcorn, atasannya di Atari
7. Kobin Chino Otogawa, guru Budha Steve yang meyakinkan Steve untuk menjadi pebisnis dan membuka Apple di tahun 1976
8. Steve mengundurkan diri dari Apple tahun 1988
9. Ia mendirikan NeXT Computer Inc. dan menggaet beberapa rekan di Apple.
10. Desember 1996, Apple membeli Next, Steve kembali ke perusahaan yang ia dirikan.
Pada tahun 1995, Apple Computer berada di titik terendah. Meski bisa terus bertahan dari penjualan Macintosh yang merupakan satu-satunya komputer dengan GUI pada saat itu, Apple mendapat persaingan ketat dari Microsoft.
Microsoft, perusahaan software yang awalnya membuat program untuk Mac telah berkembang menjadi perusahaan besar. Salah satunya karena mereka menjual sistem operasi MS-DOS untuk PC. Bahkan karena terinspirasi oleh Mac OS, Microsoft kemudian mengembangkan tampilan GUI untuk DOS, yakni Windows.
Di tahun 1995, ketika Microsoft memperkenalkan Windows 95, sistem operasi tersebut langsung disambut pasar dengan sangat baik. Akibatnya, pasar Apple terus tergerus dan hanya tinggal 5 persen saja.
CEO Apple saat itu, yakni Gil Amelio berjuang keras untuk dapat menyelamatkan perusahaan. Salah satu rencananya adalah meluncurkan sistem operasi yang mampu bersaing dengan Windows NT. Awalnya ia berniat membeli BeOS. Tetapi batal, akhirnya pada 20 Desember 1996, Apple memilih sistem operasi buatan NeXT Software Inc. dan membeli perusahaan tersebut. Ini merupakan awal kembalinya Steve Jobs ke Apple Computer Inc.
Dua kuartal berikutnya, Apple terus merugi. Gil Amelio pun digeser dan digantikan Steve Jobs, meski hanya sementara. Langkah pertama Steve adalah membersihkan Board of Directors. Termasuk beberapa orang yang sempat “menyingkirkannya”. Ini ia lakukan semata-mata demi menyelamatkan perusahaan.
Steve juga membatalkan sejumlah proyek dan memangkas anggaran semaksimal mungkin. Pada 6 Agustus 1997 bahkan ia mengambil langkah radikal. Ia bekerjasama dengan Bill Gates. Padahal saat itu Apple dan Microsoft merupakan musuh bebuyutan. Bill menanam investasi sebesar 150 juta dolar AS di Apple dan berjanji untuk terus merilis versi Office untuk Mac. Sebagai gantinya, Apple membuat Internet Explorer menjadi browser default di Mac.
Akhirnya, pada awal tahun 1998, Steve menggelar pengumuman. Setelah beberapa tahun dilanda kerugian, Apple berhasil meraih keuntungan. Selamatlah Apple dari jurang kebangkrutan. Steve pun menjadi pahlawan di perusahaan yang ia dirikan.
Pada 6 Mei tahun yang sama, Apple merilis iMac. Ternyata itu menjadi komputer all in one elegan yang sangat sukeses. Kepemimpinan Steve Jobs yang terbukti mampu membawa Apple menjadi jauh lebih baik membuatnya diangkat kembali menjadi CEO Apple permanen. Tepatnya pada 5 Januari 2000.
Sekitar setahun kemudian, Apple menghadirkan produk yang sangat fenomenal yakni meluncurkan sistem operasi Mac OS X 10.0 yang berbasis NeXTSTEP dan UNIX. Tanggal 23 Oktober tahun yang sama, Apple meluncurkan iPod. Di bawah Steve Jobs, Apple kini kembali berkibar dengan produk-produk mereka yang selalu memiliki desain yang elegan dan inovatif.
Di balik segala sukses yang diraih Steve, ada satu orang yang cukup berpengaruh di sana. Kobin Chino Otogowa, guru Steve, seorang biksu Budha yang ia kenal di awal 1970-an. Pendeta inilah yang meyakinkan Steve untuk memilih mendirikan Apple dan tidak menjadi biarawan.
Kobin Chino Otogawa pulalah yang menjadi penghulu ketika Steve menikah dengan Laurene Powell, lulusan pascasarjana Stanford di tahun 1991. Laurene tetap setia menemani Steve di masa-masa sulit sampai kembali ke kejayaannya. Pasangan tersebut tinggal di Palo Alto beserta ketiga anak mereka.

Pendiri Apple Inc, Steve Jobs, meninggal dunia di usia 56 tahun. Mantan CEO Apple yang dikenang sebagai salah satu CEO terbaik Amerika ini meninggal pada Rabu 5 Oktober 2011 setelah bertahun-tahun berperang melawan penyakit kanker dan sejumlah problem kesehatannya.
Kematian Jobs diumumkan Apple dalam pengumuman Rabu malam.
Ikon Lembah Silikon ini dikenang atas jasanya menghibur dunia dengan iPod dan iPhone. Agustus lalu, dia baru saja menyerahkan posisi CEO kepada Tim Cook.
Jobs yang telah lama bergulat dengan Kanker Pankreas merupakan nyawa dan ruh bagi perusahaan yang menandingi Exxon Mobil sebagai perusahaan paling berharga di Amerika Serikat. (Sumber: Vivanews.com)

Pendiri Android


 Andy Rubin lahir pada tanggal 22 Juni 1946 di New Bedford, Amerika Serikat. Dia adalah pengembang dari Android OS. Sejak kecil, Rubin sudah terbiasa melihat banyak gadget baru. Ini karena ayahnya, seorang psikolog yang banting setir ke bisnis direct marketing, menyimpan produk elektronik yang akan dijualnya di kamar Rubin. Ia memiliki minat besar pada segala hal yang berbau robot. Di Carl Zeiss A.G., tempat pertama kali ia bekerja setelah lulus kuliah, Rubin ditempatkan di sebuah divisi robotika, tepatnya pada komunikasi digital antara jaringan dengan perangkat pengukuran dan manufaktur. Setelah dari Carl Zeiss, ia sempat bekerja di bidang robot di sebuah perusahaan di Swiss.
Karier Rubin di bidang robotika nampaknya semakin cerah, namun hidupnya berubah gara-gara liburan di Cayman Island pada tahun 1989. Saat sedang mengunjungi kepulauan tropis di Jamaika itu, Rubin tak sengaja bertemu dengan seorang bernama Bill Caswell. Pria ini sedang tidur di tepi pantai, terusir dari sebuah cottage setelah bertengkar dengan pacarnya. Andy menawarkan pria itu tempat tinggal dan sebagai balas budi, Casswell menawarkannya pekerjaan. Kebetulan yang menakjubkannya adalah pria itu bekerja di Apple. Di Apple, Rubin mengalami masa-masa yang menyenangkan. Pada saat itu, Apple masih dalam kondisi baik berkat komputer Macintosh. Budaya Apple pun menular pada diri Rubin. Di sana ia sempat melakukan kejahilan, seperti memprogram ulang sistem telepon sehingga ia bisa berpura-pura sebagai sang CEO, John Sculley. Lelucon seperti itu mungkin akan disukai Steve Jobs, pria yang gemar membuat lelucon lewat telepon, namun ketika itu adalah periode Apple tanpa Jobs.

Dari bagian manufaktur, Rubin pindah ke bagian riset di Apple. Kemudian, pada tahun 1990, Apple melakukan spin off untuk membentuk sebuah perusahaan bernama General Magic dan Rubin ikut di dalamnya. General Magic berfokus pada pengembangan perangkat genggam dan komunikasi. Para engineer yang gila kerja, termasuk Rubin tentunya, berhasil mengembangkan sebuah peranti lunak bernama Magic Cap. Sayangnya, Magic Cap tidak mendapat sambutan dari perusahaan handset dan telekomunikasi. Beberapa yang menerapkan Magic Cap hanya melakukannya sebentar. General Magic pun akhirnya hancur.

Beberapa pengembang di General Magic, bersama beberapa veteran Apple, kemudian mendirikan Artemis Research. Perusahaan ini mengembangkan sesuatu bernama webTV, sebuah upaya awal untuk menggabungkan Internet dengan televisi. Rubin bergabung dengan Artemis untuk ikut mengembangkan webTV tersebut. Saat Microsoft membeli Artemis, di 1997, Rubin pun ikut bergabung dengan perusahaan raksasa itu. Episode gila khas Rubin kembali terjadi di Microsoft. Rubin membangun sebuah robot yang dilengkapi kamera untuk mengerjai rekan-rekannya. Gilanya, robot itu terhubung ke Internet dan pada satu insiden sempat dibobol oleh pihak di luar Microsoft. Pada tahun 1999, Rubin keluar dari webTV (dan artinya, ia tak lagi menjadi kar­yawan Microsoft). Ia kemudian me­nyewa sebuah toko di Palo Alto, California, dan menyebut toko itu sebagai laboratorium.

Di tempat yang penuh dengan berbagai mainan robot koleksi Rubin, lahirlah sebuah ide untuk produk baru. Bersama beberapa rekannya, Rubin kemudian mendirikan Danger Inc. Sukses diraih Danger melalui sebuah perangkat bernama Sidekick. Aslinya, perangkat ini dinamai Danger Hiptop, namun di pasaran ia dikenal sebagai T-Mobile Sidekick.

“Kami ingin membuat sebuah perangkat, kira-kira seukuran batang cokelat, dengan harga di bawah 10 dolar dan bisa digunakan untuk men-scan sebuah benda serta mendapatkan informasi soal benda itu dari Internet. Lalu, tambahkan perangkat radio dan transmiter, jadilah Sidekick,” tutur Rubin soal Sidekick.

Saat ini, Sidekick memang sudah terlihat usang, namun pada masanya, Sidekick adalah sebuah benda yang ganjil dengan konsep teknologi yang melampaui zaman. Perangkat itu, menurut Rubin, merupakan pengakses data dengan kemampuan telepon. Ketika muncul di pasaran, Sidekick harus menghadapi kenyataan bahwa PDA sedang kehilangan pasar. Namun, Rubin menegaskan bahwa Sidekick bukanlah PDA.

“Seharusnya, orang-orang bukan bertanya apakah ini PDA atau ponsel. Mereka harusnya bertanya, apakah ini platform untuk pengembang pihak ketiga? Ini adalah hal yang baru. Ini adalah untuk pertama kalinya sebuah ponsel dijadikan platform untuk pengembang pihak ketiga,” kata Rubin.

Sekarang, apa yang dikatakan Rubin bukan hal aneh lagi. Lihat saja Apple de­ngan jutaan aplikasi pihak ketiga yang hadir di iPhone. Hal lain yang dilakukan Danger, yang pada masa itu belum terpikirkan, adalah menjembatani antara pembuat handset dengan penyedia jaringan. Danger memutuskan untuk berbagi keuntungan dengan T-Mobile dalam layanan Sidekick. Dengan demikian, Danger tak me­ngandalkan penjualan handset sebagai sumber penghasilan satu-satunya, namun juga dari layanannya. Ini membuat perusahaan pembuat perangkat (Danger) memiliki tujuan yang sama dengan penjual perangkat (operator telekomunikasi T-Mobile).

Rubin meninggalkan Danger pada tahun 2004. Pada 2008, perusahaannya itu dibeli oleh Microsoft. Sang raksasa rupanya tertarik untuk memasuki bisnis ponsel dengan lebih a­gresif lagi. Nilai yang ditawarkan pun tidak tanggung-tanggung. Menurut kabar yang beredar Microsoft membeli Danger de­ngan harga 500 juta dolar. Namun, pembelian Danger oleh Microsoft ternyata tidak membawa hasil yang berbunga-bunga. Para eksekutif yang tersisa dari Danger digabungkan oleh Microsoft ke dalam Mobile Communication Business, dari divisi Entertainment dan Devices. Kemudian, mereka diminta mengembang sebuah ponsel yang dikenal dengan sebutan Project Pink.

Targetnya, ponsel ini harus bisa menjadi pesaing iPhone dan BlackBerry. Menurut ComputerWorld, Project Pink menderita penyakit klasik di sebuah per­usahaan besar. Karena proyeknya cukup bergengsi, ia diperebutkan oleh beberapa pihak. Dan lebih parahnya lagi, perkembangannya makin melenceng dari yang diinginkan. Contohnya, awalnya ponsel itu akan dikembangkan dengan basis Java namun kemudian diminta untuk menggunakan sistem operasi Microsoft.

Sayangnya, Windows Phone 7 yang seharusnya bisa digunakan untuk Project Pink, belum siap. Walhasil, saat diluncurkan, ponsel yang akhirnya bernama Microsoft Kin ini menggunakan sistem operasi Windows untuk ponsel yang “lawas”. Sambutan pasar yang dingin pun membuat Kin akhirnya harus ditutup, hanya beberapa bulan sejak diluncurkan. Nasib layanan Sidekick, yang diwarisi Microsoft dari Danger, juga tak terlalu baik. Dalam satu insiden, yang masih belum diketahui pasti apa penyebabnya, pelanggan Sidekick tiba-tiba kehilangan semua data mereka. Satu hal yang perlu diketahui, semua data pada Sidekick memang disimpan ‘di awan’ (dalam hal ini pada server yang dikelola Microsoft dan bisa diakses melalui Internet). Nah, ketika server itu mengalami gangguan, semua data pengguna Sidekick pun lenyap.

Pada awal tahun 2002, Rubin sempat memberikan sebuah kuliah di Stanford mengenai pengembangan Sidekick. Karena, meski penjualan Sidekick di pasaran tak meledak, perangkat itu dinilai cukup baik dari sisi engineering. Sebuah kebetulan bahwa Larry Page dan Sergei Brin, pendiri Google, ikut hadir dalam kuliah tersebut. Selepas kuliah, Page menemui Rubin untuk melihat Sidekick dari dekat. Rupanya, Page melihat, perangkat itu menggunakan search engine Google. “Keren,” ujar Page. Ini adalah sebuah titik tolak bagi Page untuk sebuah ide yang dalam beberapa tahun kemudian akan terwujud, sebuah ponsel Google. Kurang lebih dua tahun setelah itu, Rubin telah meninggalkan Danger dan mencoba melakukan hal-hal baru. Termasuk di antaranya mencoba memasuki bisnis kamera digital sebelum akhirnya ia mendirikan Android.

Rubin menginkubasi Android saat ia menjadi enterpreneur-in-residence bersama perusahaan modal ventura Redpoint Ventures di 2004. “Android berawal dari satu ide sederhana, sediakan platform mobile yang tangguh dan terbuka sehingga bisa mendorong inovasi lebih cepat demi keuntungan pelanggan,” ujar Rubin. Pada Juli 2005, 22 bulan setelah Android berdiri, perusahaan itu ditelan oleh raksasa Google. Rubin pun memilih untuk bergabung dengan Google. Ketika membeli Android Inc., Google tidak menyebutkan dengan rinci berapa harga yang dibayarkan dan apa yang i­ngin dilakukannya dengan perusahaan itu. Bahkan, Google menyebut pembelian itu sebagai akuisisi terhadap sumber daya manusia dan teknologinya saja. Selain Andy Rubin, Google memang meraup banyak orang-orang brilian dari Android. Ini termasuk Andy McFadden (pengembang WebTV bersama Rubin, dan juga pengembang Moxi Digital); Richard Miner (mantan Vice President di perusahaan telekomunikasi Orange); serta Chris White (pendiri Android dan perancang tampilan serta interface WebTV).

Bersama Google, Android diberi kekuatan ekstra. Perusahaan asal Mountain View, California itu kemudian membentuk Open Handset Alliance untuk mengembangkan perangkat bagi Android.

“Google tak bisa melakukan segalanya. dan kami tidak perlu itu. Itulah mengapa kami membentuk Open Handset Alliance dengan lebih dari 34 rekanan,” ujar Rubin.
Perangkat Android yang hadir pasaran memang bukan buatan Google. Petarung kelas berat Android termasuk Motorola, Samsung, dan HTC masing-masing melemparkan ponsel Android andalan mereka ke pasaran.

“Sekadar melemparkan peranti lunak tidaklah cukup,” Rubin menjelaskan, “Anda perlu handset yang dikembanglan untuk peranti lunak ini dan penyedia jaringan yang mau memasarkannya.”

Di AS, Motorola Droid jadi salah satu senjata Verizon Wireless melawan AT&T dengan iPhone-nya. Sedangkan Nexus One, ponsel Android Google buatan HTC, hadir tanpa “ikatan dinas” pada satu operator tertentu.

Kehadiran Android nampaknya beru­saha menggoyang dominasi pasar ponsel di AS. Di Indonesia, Android pun nampak siap jadi primadona setelah muncul de­ngan gegap gempita dalam Indonesia Celullar Show 2010.

“Saya tahu bakal ada FUD (fear, uncertainty, doubt). Namun, kami telah melihat beberapa kompetitor mengikuti apa yang kami lakukan. Jadi sepertinya, kami memang di jalan yang benar,” ujar Rubin.

Pendiri Facebook


Sejak muda sudah keranjingan komputer. Ketika di Harvard sempat jadi pemberontak dengan membuka website data mahasiswa, ia pun diperkarakan. Lalu Facebook yang dibuatnya menggoncangkan dunia dan membawanya menjadi anak muda terkaya di dunia.

Namanya Mark Elliot Zuckerberg, dilahirkan di Dobb Ferry, West chester County, New York, 14 Mei 1984. Sekolah menengah di Ardsley High School, Ardsley, New York (1998-2000) dan Phillips Exeter Academy, Exeter, New Hamshire (2000-2002). Pendidikan universitas di bidang psikologi, Harvard University (drop-out). Perusahaan yang dimiliki, Facebook Inc. Kekayaan US$ 1,5 miliar (sekitar Rp 13,5 triliun), ranking ke-785 orang terkaya dunia versi Majalah Forbes 2008.

Adakah yang tidak mengejutkan dari data tersebut? Zuckerberg baru akan genap berusia 24 tahun pada Mei ini. Ia tak menyelesaikan kuliah di Harvard University tetapi berhasil membangun Facebook yang membuatnya mengumpulkan kekayaan sampai Rp 13,5 triliun. Siapapun akan menyebutnya luar biasa. “Dia adalah billionaire termuda di dunia saat ini, dan kami yakin ia adalah billionaire ter muda sepanjang sejarah yang mengumpulkan sendiri kekayaannya,” ujar Matthew Miller, associate editor Majalah Forbes.

Sebelum ini Forbes pernah memasukkan anak belia di deretan orang terkaya dunia namun mereka mendapatkannya dari warisan orangtuanya yang meninggal. Sedangkan Zuckerberg mendapatkannya dari hasil kerjanya. Lalu majalah ini menobatkan Zuckerberg sebagai “The Youngest `Self-made’ Billionaire on the Planet” tahun ini.

Awalnya Direktori Mahasiswa Zuckerberg lahir di kawasan bernama Dobbs Ferry, Westchester County, kota New York. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara dari orang tua pasangan dokter gigi – psikiater. Sejak kecil Zuckerberg suka mengu tak-atik komputer, mencoba berbagai program komputer dan belajar membuatnya. Ayahnya sendiri membelikannya komputer sejak ia beru sia delapan tahun. Saat di sekolah menengah Phillips Exeter Academy, ia dan rekannya, D’Angelo, membuat plug-in untuk MP3 player Winamp. Plug-in adalah program komputer yang bisa berinteraksi dengan aplikasi host seperti web browser atau email untuk keperluan tertentu.

Zuckerberg dan D’Angelo membuat plug-in untuk menghimpun kesukaan orang terhadap aneka jenis lagu dan kemudian membuat play list-nya sesuai selera mereka. Mereka mengirimkan program itu ke berbagai perusahaan termasuk ke AOL (American Online) dan Microsoft. Pada tahun terakhimya di Phillips ia direkrut oleh Microsoft dan AOL untuk suatu proyek.

Saat melanjutkan sekolah ke perguruan ting gi keduanya harus berpisah. D’Angelo masuk Caltech sedangkan Zuckerberg masuk Harvard. Di Harvard inilah Zuckerberg menemukan ide membuat buku direktori mahasiswa online karena universitasnya tak membagikan face book (buku mahasiswa yang memuat foto dan identitas mahasiswa di universitas itu) pada mahasiswa baru sebagai ajang pertemanan di antara mereka. Namun setiap kali ia menawarkan diri membuat direktori itu, Harvard menolaknya. “Mereka mengatakan punya alasan untuk tidak mengumpulkan informasi (mahasiswa) ini,” ujar Zuckerberg kemudian.

Meski ditolak ia selalu mencari cara untuk mewujudkannya. “Saya ingin menunjukkan kalau hal itu bisa dilakukan,” lanjutnya soal kengototannya membuat direktori itu.
Proyek pertamanya adalah CourseMatch (www.coursematch.com) yang memungkinkan teman-teman sekelasnya berkomunikasi satu sama lain di website tersebut. Suatu malam di tahun kedua ia kuliah di Harvard, Zuckerberg menyabot data mahasiswa Harvard dan memasukkannya ke dalam website yang ia buat bernama Facemash. Sejumlah foto rekan mahasiswanya terpampang di situ. Tak lupa ia membubuhkan kalimat yang meminta pengun jungnya menentukan mana dari foto-foto ini yang paling “hot”. Pancingannya mengena. Dalam tempo empat jam sejak ia meluncurkan webiste itu tercatat 450 orang mengunjungi Facemash dan sebanyak 22.000 foto mereka buka. Pihak Harvard mengetahuinya dan sambungan internet pun diputus. Zuckerberg diperkarakan karena dianggap mencuri data. Anak muda berambut keriting ini pun meminta maaf kepada rekan-rekan yang fotonya masuk di Facemash. Tetapi ia tak menyesali tinda kannya. “Saya kira informasi seperti itu harus tersedia (online),” ujamya.

Alih-alih kapok ia malah membuat website baru dengan nama Facebook (www.thefacebook.com). Website ini ia luncurkan pada Februari 2004. Facebook merupakan penyempurnaan dari Facemash. Sasarannya tetap sebagai tempat pertemuan sesama mahasiswa Harvard. Dalam penjelasan di website-nya sekarang disebutkan bahwa Facebook adalah suatu alat sosial untuk membantu orang berko munikasi lebih efisien dengan rekan, keluarga, atau rekan kerjanya. Facebook menawarkan navigasi yang mudah bagi para penggunanya. Setiap pemilik account punya ruang untuk memajang fotonya, teman-temannya, network, dan melakukan hal lainnya seperti bisa berkirim pesan dan lain sebagainya.

Banyaknya aplikasi yang bisa digunakan oleh anggotanya membuat Facebook digan drungi banyak orang. Konon hingga saat ini sudah lebih dari 20.000 aplikasi dimasukkan ke dalam Facebook yang bisa digunakan para anggotanya. Setidaknya 140 aplikasi baru ditambahkan ke Facebook setiap harinya dan 95% pemilik account Facebook telah menggu nakan minimal satu aplikasi.

Penyertaan banyak aplikasi ini membuat Facebook berbeda dengan website jejaring sosial terdahulu seperti MySpace. Lalu orang berbondong-bondong mengunjungi website nya dan mendaftar jadi anggotanya. Dalam waktu dua minggu setelah diluncurkan, separuh mahasiswa Harvard sudah memiliki account di Facebook. Ternyata tak hanya mahasiswa Harvard yang tertarik, beberapa kampus di sekitar Harvard pun meminta dimasukkan dalam jejaring Facebook. Ini membuat Zuckerberg kewalahan. Ia lalu meminta bantuan dua temannya untuk ikut mengem bangkan Facebook. Dalam tempo empat bulan Facebook sudah bisa menjaring 30 kampus. Hingga akhir 2004 jumlah pengguna Facebook sudah mencapai satu juta.

Pengguna Facebook terus meningkat. Malah ada sejumlah orang yang tak lagi jadi mahasiswa atau yang masih di sekolah ingin bergabung. Tingginya desakan ini membuat Zuckerberg dan kawan-kawan memutuskan Facebook membuka jaringan untuk para siswa sekolah menengah (di sini SMU) pada Sep tember 2005. Tak lama kemudian mereka juga membuka jejaring para pekerja kantoran. Kesibukan yang luar biasa ini membuat Zuckerberg harus memutuskan keluar dari Harvard. “Apa yang saya inginkan sudah ada di tangan. Saya tidak ingin punya ijazah kemudian bekerja. Menurut saya, pekerjaan hanyalah untuk orang-orang yang lemah,” ujarnya pada Majalah Current.

Zuckerberg dan kawan-kawan kemudian mengembangkan Facebook lebih jauh lagi. Pada September 2006 Facebook membuka pendaftaran untuk jejaring umum dengan syarat memiliki email. Sejak itulah jumlah anggota Facebook melesat.
Saat ini jumlah anggota aktifnya mencapai 70 juta di seluruh dunia. Jejaring yang dihimpunnya mencapai enam juta jaringan (ke lompok pertemanan) meliputi 55.000 jaringan berdasarkan demografi, pekerjaan, sekolah, kolegial, dan sebagainya. Setiap harinya ada 14 juta foto di-upload (dimasukkan ke Facebook). Dan dalam hal jumlah trafik pengakses Facebook menjadi website teraktif ke-6 di dunia dan menjadi website jejaring sosial kedua terbesar versi camScore.

Jual Saham Jadi Kaya, Jumlah anggota Facebook yang jutaan or ang itu menjadi tambang emas yang meng giurkan. Zuckerberg dan kawan-kawan pun menangkap peluang bisnis yang besar. Karena itu ketika jumlah user-nya melebihi satu juta mereka menggandeng Accel Part ners, perusahaan modal ventura, untuk membiayai pengembangannya. Modal yang ditanamkan adalah US$ 12,7 juta. Ini adalah investasi kedua yang masuk ke Facebook setelah sebelumnya (Juni 2004) mendapatkan dan dari pendiri PayPal sebesar US$ 500.000. Pembenahan pertama dengan tambahan modal itu adalah dengan meng ganti domain-nya dari www. thefacebook. corn menjadi http://www.facebook.com pada Agustus 2005. Setelah itu jangkauan keanggotaannya diperluas menjadi internasional. Hingga Desember 2005 jumlah anggotanya sudah mencapai 5,5 juta.

Meski jumlah user-nya meningkat tajam pada tahun 2005 disebutkan Facebook menga lami kerugian sampai US$ 3,63 juta. Facebook kemudian mendapatkan dana sebesar US$ 25 juta dari Greylock Partners dan Meritech Capi tal Partners. Dana itu digunakan untuk meluncurkan versi mobile-nya.

Pada September 2007 Microsoft melakukan pendekatan dan menawarinya membeli 5% saham senilai sekitar US$ 300 juta hingga US$ 500 juta. Jika nilai itu disetujui maka nilai kapitalisasi Facebook sudah mencapai US$ 6 miliar hingga US$ 10 miliar atau sekitar Rp 54 triliun hingga Rp 90 triliun. Namun Microsoft akhirnya mengumumkan hanya membeli 1,6% saham Facebook dengan nilai US$ 240 juta pada Oktober 2007. Transaksi ini menunjukkan nilai kapitalisasi Facebook ternyata lebih tinggi yaitu sekitar US$ 15 miliar (sekitar US$ 135 triliun).
Setelah itu sejumlah tawaran mengepung Facebook. Li Ka-shing disebut-sebut ikut menginvestasinya sekitar US$ 60 juta pada November 2007. Lalu ada berita yang menyebutkan Viacom, Yahoo, Google, dan sebagainya pun ikut menawar untuk membeli Facebook. Sejauh ini Zackerberg me ngatakan Facebook tak akan dijual.

Melesatnya bisnis Facebook membuat Zackerberg menampuk kekayaan yang luar biasa. Majalah Forbes menyebutkan kekayaan Zackerberg sendiri mencapai US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 13,5 triliun. Jangankan untuk anak seusia Zackerberg, untuk orang dewasa pun harta sebanyak itu tentu jumlah yang luar biasa besar. Maka wajar jika majalah itu menobatkannya sebagai The Youngest `Self-made’ Billionaire on the Planet.

Prestasi yang diraih Zackerberg tak benar -benar mulus. Sejumlah perkara ia dapatkan sehubungan dengan Facebook. Termasuk dari rekannya di Harvard yang menyebutkan rancangan Facebook sebenarnya tiruan dari ConnectU. Namun Zackerberg tetap bergeming bahwa Facebook merupakan hasil karyanya. Meskipun ConnectU kalah dalam persidangan pertama, perusahaan ini mendaftarkan gugatan baru pada Maret 2008.

Kontroversi juga datang dari negara-negara seperti Myanmar, Bhutan, Syria, Arab Saudi, Iran dan sebagainya yang menyebutkan kalau Facebook mempromosikan serangan terhadap otoritas pemerintahannya sehingga akses terhadap Facebook di negara tersebut ditutup.

Di tengah sejumlah kontroversi itu, nama Facebook dan Mark Zackerberg tetap digan drungi banyak orang. Zackerberg sendiri di tengah kepopuleran namanya dan jumlah kekayaan yang dimilikinya, ia tetap sederhana. Ia masih tinggal di apartemen sewaan dan di kamarnya hanya tersedia sebuah meja dan kursi. Kasurnya diletakkan di lantai. Kala datang ke kantornya di Palo Alto, Zackerberg kerap berjalan kaki atau mengendarai sepeda. Tak tampak sebagai miliuner (dalam US$ dol lar, tentunya) atau triliuner (dalam rupiah).

Google Throws Open Doors to Its Top-Secret Data Center


If you’re looking for the beating heart of the digital age — a physical location where the scope, grandeur, and geekiness of the kingdom of bits become manifest—you could do a lot worse than Lenoir, North Carolina. This rural city of 18,000 was once rife with furniture factories. Now it’s the home of a Google data center.

Engineering prowess famously catapulted the 14-year-old search giant into its place as one of the world’s most successful, influential, and frighteningly powerful companies. Its constantly refined search algorithm changed the way we all access and even think about information. Its equally complex ad-auction platform is a perpetual money-minting machine. But other, less well-known engineering and strategic breakthroughs are arguably just as crucial to Google’s success: its ability to build, organize, and operate a huge network of servers and fiber-optic cables with an efficiency and speed that rocks physics on its heels. Google has spread its infrastructure across a global archipelago of massive buildings—a dozen or so information palaces in locales as diverse as Council Bluffs, Iowa; St. Ghislain, Belgium; and soon Hong Kong and Singapore—where an unspecified but huge number of machines process and deliver the continuing chronicle of human experience.

This is what makes Google Google: its physical network, its thousands of fiber miles, and those many thousands of servers that, in aggregate, add up to the mother of all clouds. This multibillion-dollar infrastructure allows the company to index 20 billion web pages a day. To handle more than 3 billion daily search queries. To conduct millions of ad auctions in real time. To offer free email storage to 425 million Gmail users. To zip millions of YouTube videos to users every day. To deliver search results before the user has finished typing the query. In the near future, when Google releases the wearable computing platform called Glass, this infrastructure will power its visual search results.

The problem for would-be bards attempting to sing of these data centers has been that, because Google sees its network as the ultimate competitive advantage, only critical employees have been permitted even a peek inside, a prohibition that has most certainly included bards. Until now.

Here I am, in a huge white building in Lenoir, standing near a reinforced door with a party of Googlers, ready to become that rarest of species: an outsider who has been inside one of the company’s data centers and seen the legendary server floor, referred to simply as “the floor.” My visit is the latest evidence that Google is relaxing its black-box policy. My hosts include Joe Kava, who’s in charge of building and maintaining Google’s data centers, and his colleague Vitaly Gudanets, who populates the facilities with computers and makes sure they run smoothly.

A sign outside the floor dictates that no one can enter without hearing protection, either salmon-colored earplugs that dispensers spit out like trail mix or panda-bear earmuffs like the ones worn by airline ground crews. (The noise is a high-pitched thrum from fans that control airflow.) We grab the plugs. Kava holds his hand up to a security scanner and opens the heavy door. Then we slip into a thunderdome of data …

Urs Hölzle had never stepped into a data center before he was hired by Sergey Brin and Larry Page. A hirsute, soft-spoken Swiss, Hölzle was on leave as a computer science professor at UC Santa Barbara in February 1999 when his new employers took him to the Exodus server facility in Santa Clara. Exodus was a colocation site, or colo, where multiple companies rent floor space. Google’s “cage” sat next to servers from eBay and other blue-chip Internet companies. But the search company’s array was the most densely packed and chaotic. Brin and Page were looking to upgrade the system, which often took a full 3.5 seconds to deliver search results and tended to crash on Mondays. They brought Hölzle on to help drive the effort.

It wouldn’t be easy. Exodus was “a huge mess,” Hölzle later recalled. And the cramped hodgepodge would soon be strained even more. Google was not only processing millions of queries every week but also stepping up the frequency with which it indexed the web, gathering every bit of online information and putting it into a searchable format. AdWords—the service that invited advertisers to bid for placement alongside search results relevant to their wares—involved computation-heavy processes that were just as demanding as search. Page had also become obsessed with speed, with delivering search results so quickly that it gave the illusion of mind reading, a trick that required even more servers and connections. And the faster Google delivered results, the more popular it became, creating an even greater burden. Meanwhile, the company was adding other applications, including a mail service that would require instant access to many petabytes of storage. Worse yet, the tech downturn that left many data centers underpopulated in the late ’90s was ending, and Google’s future leasing deals would become much more costly.
Sumber Artikel : http://www.wired.com/wiredenterprise/2012/10/ff-inside-google-data-center/




Pendiri Google Sergey Brin Sumbang Wikipedia US$ 500 Ribu


Bagi pengguna situs Wikipedia, kini pasti mendapat pesan dari pendirinya, Jimmy Wales. Jimmy menuliskan permintaan bantuan untuk mendukung situs ensiklopedia di dunia maya ini agar tetap eksis. Situs yang isinya disumbang ramai-ramai ini membutuhkan dana untuk menambah layanan teknologi dan sumber daya manusia.
Jimmy menuturkan tak akan mencari uang dengan memasang iklan. "Sebab, iklan tidak punya tempat di sini, ini Wikipedia." Ternyata permintaan tersebut ditanggapi pendiri Google, Sergey Brin, dan istrinya, Anne Wojciciki.
Mereka menyumbang US$ 500 ribu untuk membantu Yayasan Wikimedia. Situs ensiklopedia asal San Fransisco ini meluncurkan program penggalangan dana mulai pekan ini.
"Bantuan dari Sergey sangat penting bagi Yayasan Wikimedia. Saya harap bantuan tersebut akan mengirimkan sinyal hingga penutupan kampanye penggalangan dana," ujar Direktur Eksekutif Yayasan Wikimedia, Sue Gardner.
Wikimedia mempunya misi : orang-orang menggunakannya, mereka menyukainya dan mereka pun ikut membantu membiayainya agar situs ini tetap gratis untuk siapa pun di seluruh dunia. "Saya sangat bersyukur atas hibah Sergey dan Anne karena mendukung apa yang kami lakukan," kata Sue.
Menurut situs comScore, Wikipedia telah dikunjungi 477 juta orang setiap bulan. Situs ini menjadi situs terbesar kelima di Internet. Hingga hari ini, Wikipedia tersedia lebih dari 280 bahasa dengan 20 juta artikel dari 100 ribu kontributor di seluruh dunia.